Banyak
siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan
menyeramkan.Hal ini di dukung oleh pendapat Abdurrahman (1999, 252) menyatakan
bahwa “dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit bagi para siswa, baik bagi
mereka yang tidak berkesulitan belajar maupun bagi siswa yang berkesulitan
belajar. Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sudah
melekat pada sebagian besar siswa, sehingga pada saat menghadapi pelajaran
matematika siswa menjadi malas untuk berpikir”.
Banyak hal lain yang menggambarkan bahwa pelajaran matematika
masih dikurangi minatnya. Di level perguruan tinggipun, dapat dilihat bahwa
mahasiswa yang mengambil program studi matematika diyakini lebih sedikit
dibandingkan program studi lain. Indikatornya adalah ketika survei dilakukan
kepada lulusan SMA dan siswa kelas XII, dari berbagai program studi yang
ditawarkan hanya 5% yang berminat untuk melanjutkan perkuliahan di program
studi matematika, yang lainnya 75% diluar program studi matematika dan 20%
tidak melanjutkan ke perguruan tinggi (http://aufklarungmatematika.blogspot.co.id/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
Hal
ini terjadi karena masih banyak guru yang menitiberatkan perubahan perilaku
siswa hanya pada ranah kognitif.Sehingga membuat pelajaran menjadi satu arah
dan akibatnya siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis,pasif dan tidak kreatif.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 dikatakan bahwa
“Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik”.
Banyak cara yang
dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswa dan daya tarik terhadap
pelajaran matematika.Salah satunya adalah dengan menggunakan alat peraga.
Menurut Sudjana
(2009) Pengertian Alat Peraga Pendidikan adalah
suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru
agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
Dari
pengertian diatas dapat dikatakan bahwa alat peraga dapat mewakili apa yang
kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.Bahkan
keabstrakan bahan pelajaran matematika dapat dikonkritkan dengan bantuan media.
Alat
peraga yang efektif bukan ditentukan oleh mahal atau murahnya dari alat peraga
yang digunakan maupun frekuensi penggunaan, tetapi tergantung pada kesesuaian
dengan pokok bahasan serta kondisi siswa.
Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Yulis Mulyanti seorang mahasiswi UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA tahun 2013 dikelas II B MI GUPPI 01 Jembangan
dengan menggunakan alat peraga berupa sedotan limun dan benda-benda di sekitar
anak, seperti kerikil-kerikil dan karet gelang warna-warni adalah nilai post
tes pra siklus sebelum tindakan dengan nilai rata-rata 41.33 dengan persentase
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 40%. Sedangkan nilai rata-rata pada
tindakan siklus I sebesar 59 dengan persentase ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar 60%, tindakan siklus II nilai rata-rata sebesar 74.33 dan
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 80%, pada tindakan siklus III nilai
rata-rata sebesar 80.33 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 86.67%.
Dengan
demikian, berarti baik nilai rata-rata maupun persentase ketuntasan belajar
secara klasikal dikelas II B MI GUPPI 01 Jembangan lebih baik dibandingkan
nilai dan persentase sebelum tindakan.
Dari penelitian diatas terlihat
jelas bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika sangat
membantu untuk kegiatan belajar mengajar agar tercapainya tujuan pembelajaran ,
meningkatkan minat belajar matematika siswa dan meningkatkan semangat belajar
matematika siswa.Sehingga matematika tidak lagi menjadi momok yang menakutkan.
Untuk itu tunggu apalagi,”Marilah untuk mulai
mengkreasikan pembelajaran matematika dengan penggunaan alat peraga yang bisa
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar